Spesialisasi Dini untuk Atlet Muda Bisa Berbahaya

243 views

SAYA melihat fenomena yang menarik terkait proses perekrutan atlet-atlet muda. Salah satu audisi klub di Pulau Jawa sampai diikuti 1.000 lebih pemain. Mulai dari usia dini, anak-anak, dan pemula.

Saya mengamati anak-anak ini memiliki pukulan bulu tangkis yang bisa dibilang atlet potensial di atas rata-rata baik. Menurut saya, butuh waktu bertahun-tahun untuk membentuk teknik pukulan yang baik dan benar.

Sementara itu, membangun kualitas fisik bisa ditempuh dalam waktu yang jauh lebih pendek, yakni dalam hitungan bulan.

Dari fenomena ini saja, seharusnya Indonesia tidak akan kekurangan atlet putra ataupun putri untuk meneruskan mata rantai pembinaan di masa depan. Namun kenyataannya, pada tingkat elite, regenerasi pemain kelas dunia kita terkesan seret. Terutama pada sektor  putri.

Baca juga:
Miskonsepsi Pembinaan Atlet Anak Harus Dihapuskan

Beberapa ahli berpendapat bahwa yang terbaik adalah menghindari spesialisasi sebelum usia 15 tahun. Ini mengacu pada tahap pertumbuhan dan perkembangan seorang atlet. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa spesialisasi sedini mungkin bisa dilakukan. Asal anaknya sudah siap. Jadi, spesialisasi usia dini menjadi oke-oke saja.

Dalam bukunya Total Training for Young Champions, ilmuwan olahraga dari Rumania Tudor Bompa menyarankan adanya rencana multilateral untuk berbagai kelompok umur dalam rentang 6-18 tahun. Jadi, pelatih disarankan secara perlahan-lahan mempersiapkan spesialisasi atlet muda. Tentu saja, setelah para pelatih membangun keterampilan dasar dan dasar pengkondisian atlet muda itu.

Pelatihan dasar ini direkomendasikan hingga usia 15 tahun. Ringkasan pendekatan dari Tudor Bompa ini bisa disarikan seperti ini:

Fokus dan Progresi yang Disesuaikan pada Usia 6-10 Tahun

  • Anak-anak harus didorong untuk berpartisipasi dalam sebanyak mungkin olahraga. Mereka menggunakan program pelatihan dengan intensitas rendah. Jadi penekanannya pada kesenangan.

Selama periode ini, tubuh manusia berubah dengan cepat.

  • Anak-anak rentan terhadap cedera jaringan lunak yang serius. Ini dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan anak.
  • Anak-anak didorong untuk mencoba berbagai kegiatan dan mengembangkan keterampilan dasar yang umum bagi kebanyakan pelatihan. Antara lain melempar, menendang, menangkap, memukul, melompat, berlari, dan sifat-sifat dasar lainnya. Ini termasuk dalam fungsi koordinasi, fleksibilitas, dan keseimbangan.
  • Pembentukan teknik juga penting. Sebab keterampilan ini bisa mempersiapkan atlet muda untuk memilih spesialisasi olahraga di kemudian hari.
  • Pengembangan keterampilan dasar ini membutuhkan lebih banyak perhatian daripada yang saat ini mereka terima dalam program pendidikan jasmani bangsa kita.

Sementara itu pada usia 11 sampai 14 tahun, atlet harus terlibat pada kompetisi yang menyenangkan dan pelatihan beregu. Selain itu, atlet juga dihadapkan pada latihan dan aktivitas yang lebih kompleks dengan penekanan pada kesenangan daripada kompetisi. Intensitas latihan idealnya sedikit meningkat karena tubuh agak lebih siap untuk menghadapi cedera.

Latihan yang dilakukan pada usia 11-14 tahun ini moderat dalam hal kekuatan, daya tahan otot (pelatihan anaerob), dan daya tahan kardiovaskular.

Pembentukan inti tubuh (pinggul, punggung belakang, perut) dan pengembangan lengan serta bahu dimulai dengan menggunakan angkat beban miusalnya dengan dumbel ringan dan bola obat yang biasa terdapat di gym. Tetapi latihannya bebannya tidak boleh berat. Ini harus dihindari karena tubuh remaja rentan cedera. Selain itu, latihan harus diawasi setiap saat.

Baca juga:
Alwi dan Regenerasi Juara, Fondasi Emas Badminton Indonesia

Pada usia 15-18 tahun spesialisasi emphasis bergeser ke latihan khusus. Tujuannya adalah untuk pengembangan kinerja tinggi. Saat tahap ini berlangsung, penekanan bergerak dari pelatihan menjadi peran pelatihan.

Pengawasan yang cermat diperlukan untuk mencegah bahwa latihan berlangsung terlalu banyak dan terlalu cepat. Selain itu, pengawasan juga memastikan bahwa atlet menjalani perkembangan secara tepat.

Selain perubahan pengkondisian, atlet juga dituntut memulai sesi latihan dengan lebih lama. Sebab, mereka mulai bekerja keras untuk menyempurnakan teknik-teknik olahraganya. Pada usia ini, perlu juga ditambahkan pelatihan mental.

Kalau kita menilik dimana letak benang merahnya, kita dapat belajar dari grafis yang disajikan Tudor Bompa. Ini sebagai acuan pembinaan ke depan. Saat ini, dalam konteks pembinaan, terjadi fenomena early specialist. Kalau tidak dilakukan dengan tepat sasaran berdasarkan periodisasi usia, maka pembinaan bisa berlangsung dalam arah yang salah. Pembinaan, berpotensi besar gagal menghasilkan atlet-atlet kelas dunia pada usia dewasa. (*)

Leave a Comment

Info Smashkok

Berita terkini seputar bulutangkis internasional, nasional, ataupun daerah.

Berita Terkini

@2025 – All Right Reserved. Designed and Developed by CMS GUE Technoloy