Sabtu (12/4) lalu, pegiat media soal, yang juga jurnalis olahraga, Ainur Rahman membuat sebuah poling di akun media sosial X dengan pertanyaan seberapa sering nitizen atau Badminton Lovers (BL) menonton pertandingan badminton.
Hasil poling pun diumumkan keesokan harinya. Hasilnya, ada Lebih dari 11,3 ribu orang ikut dalam polling itu dengan jawaban 52,5% sudah tidak mengikuti/menonton pertandingan-pertandingan tim bulu tangkis Indonesia. Selain itu, 31,6% sangat jarang menonton. Hanya 5,5% saja yang masih sering menonton.
Pada waktu yang hampir bersamaan, akun Instagram ina_badminton juga membuat poling dengan pertanyaan, seberapa intens BL mengikuti bulutangkis sekarang? Pertanyaan itu diikuti pilihan jawaban, 100%, 50%, dan 25%.
Pengelola ina_badminton, Muhammad Hifni Farhan Mubarok Malik, atau yang biasa dipanggil Farhan, saat dihubungi Selasa (15/4) mengaku belum menutup poling tersebut. Namun dari pengamatannya, kebanyakan BL menjawab di angka 25%.
Poling ini dibuat pascakegagalan Indonesia meraih juara di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia (BAC) 2025. Indonesia hanya mampu mencapai semifinal melalui pasangan ganda campuran Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu dan pasangan ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Kegagalan ini merupakan bagian kegagalan beruntun di tahun ini. Satu-satunya gelar juara yang diraih oleh Tim Badminton Indonesia sejauh ini adalah gelar ganda putri di Thailand Masters. Saat itu Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva berhasil jadi yang terbaik.
BL atau nitizen yang mengikuti poling di kolom komentar menyatakan prestasi yang mengecewakan ini membuat mereka enggan menonton pertandingan badminton. Selain itu, akses untuk menonton secara gratis yang hilang melalui televisi nasional pun menjadi penyebab umum lainnya. Sementara penyebab lainnya adalah kurangnya promosi, dan atlet idola mereka telah pensiun.
Hasil poling ini menjadi indikator jika visi Ketua Umum PBSI 2024-2028 M Fadil masih jauh dari panggang dari api. Fadil Imran ingin menjadikan bulu tangkis sebagai sumber kebanggaan dan kegembiraan masyarakat Indonesia. Visi ini diusung untuk membawa prestasi bulu tangkis Indonesia kembali berjaya di tingkat dunia.
Bahkan reaksi PBSI, melalui Wakil Ketua Umum I PBSI Taufik Hidayat, terkejut mengenai hasil BAC 2025. Taufik pun menyampaikan kritik terhadap sikap sebagian atlet bulu tangkis nasional yang dinilainya kurang terbuka dalam proses evaluasi.
Menurut Taufik, keterbukaan komunikasi dari para atlet sangat dibutuhkan untuk memperbaiki performa tim, namun hingga saat ini para pemain cenderung enggan menyampaikan apa yang menjadi kendala mereka secara jujur.
Komunikasi memang menjadi kunci utama untuk membangkitkan kembaji kejayaan Badminton Indonesia. Komunikasi antarperngurus PBSI, atlet, klub, pengurus daerah, hingga kepada Badminton Lovers yang kerap disebut Fadil sebagai pemegang saham tertinggi Badminton Indonesia.
Ayo sheng! Ayo kembali bangkit Badminton Indonesia!