Mantan pemain ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo menyebut pemain muda Indonesia saat ini kurang memiliki ketahanan mental saat menghadapi tekanan di lapangan.
Menurutnya, ada kecenderungan beberapa pemain lebih memilih menyerah ketika pertandingan sudah mulai tidak sesuai harapan, tanpa berusaha mencari celah untuk membalikkan keadaan.
“Mereka saat tertekan itu lebih cepat menyerah. Mereka tidak mau coba dulu, padahal sebelum pertandingan selesai itu masih ada peluang untuk menang,” kata Kevin seperti dilansir dari Antara, Minggu (6/7).
Kevin pun menyebut pentingnya mental bertanding yang kuat. Dia menjelaskan, semangat juang dan kemauan untuk terus mencoba harus menjadi kebiasaan yang dibentuk sejak latihan.
“Motivasi itu harus dibiasakan dari latihan. Harus dibentuk dari awal, jangan gampang menyerah,” ungkapnya.
Menurut Kevin, saat masih aktif bertanding dia juga pernah berada dalam posisi tertinggal jauh. Namun, ia tetap berusaha keras untuk mengejar karena yakin peluang selalu ada selama pertandingan belum selesai. “Selama masih mau usaha ya selalu ada aja jalannya,” katanya.
Kevin pun berharap pembinaan atlet muda ke depan tidak hanya fokus pada aspek teknik dan fisik, melainkan juga memberikan perhatian serius pada pembentukan karakter dan mental tanding.
Sebelumnya, mantan pemain ganda campuran Tontowi Ahmad juga mengingatkan para atlet agar bersikap profesional dalam menjalani karier, terutama ketika semangat dan motivasi bertanding mulai menurun.
“Kalau sudah tidak punya motivasi, ya berhenti saja. Jangan karena masih ada kontrak lalu latihannya tidak niat, tapi uangnya tetap mau diambil. Itu bukan sikap profesional,” kata Tontowi.
Peraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 bersama Liliyana Natsir itu menegaskan keputusannya pensiun dari dunia bulu tangkis pada 2020 didasari oleh hilangnya motivasi bertanding, bukan karena masalah teknis atau performa.
“Saya berhenti karena sudah nggak punya motivasi. Saya tahu batas saya. Kalau saya tidak sanggup menjalani latihan dan kompetisi dengan maksimal, lebih baik saya mundur,” ujar Owi, sapaan akrab Tontowi Ahmad.
Owi dikenal sebagai salah satu ganda campuran terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Bersama Liliyana, ia mencetak berbagai prestasi besar, termasuk dua gelar juara dunia (2013 dan 2017), hattrick All
England (2012-2014), serta menduduki peringkat satu dunia. Puncaknya, mereka merebut emas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.
Namun setelah Liliyana pensiun pada awal 2019, Tontowi melanjutkan karier dengan pasangan baru, meski ia mengakui motivasinya mulai menurun.
“Setelah itu, lama-lama motivasi saya menurun. Kalau dipaksakan, saya tidak akan bisa tampil maksimal. Jadi, buat apa? Lebih baik mundur,” ujarnya.
Owi berharap para atlet muda Indonesia dapat belajar dari pengalamannya, terutama dalam menjaga semangat dan komitmen dalam berlatih.
“Jadi atlet itu harus konsisten, latihan keras tiap hari. Jangan hari ini semangat, besok loyo. Kalau sudah nggak punya motivasi, lebih baik kasih kesempatan ke yang lain yang lebih siap,” kata Owi. (SKN1)