Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin mengakui ada atlet dari klubnya yang terlibat dalam dugaan kasus pengaturan skor pertandingan.
Seperti dilansir Media Indonesia, Rabu (1/10), Yoppy menyebutkan bahwa dirinya mengetahui soal kabar dugaan pengaturan skor. Ia bahkan mengakui ada atlet PB Djarum yang terlibat dalam kasus tersebut.
“Iya (dengar). Iya benar ada anak djarum. Tapi siapanya saya belum tahu secara detail,” kata Yoppy.
Yoppy juga menyebutkan bahwa dirinya sampai saat ini masih belum menerima informasi lebih lanjut terkait perkembangan dugaan kasus tersebut dari pihak Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI).
7 Atlet Diduga Lakukan Pengaturan Skor
Lebih lanjut, ia pun menjelaskan bahwa PB Djarum tidak akan ambil inisiatif untuk melakukan penyelidikan kasus tersebut secara mandiri.
“Ya enggak lah kan itu bukan kewenangan kita. Tapi kami pada dasarnya akan mengikuti proses peraturan yang berlaku dari yang berwenang,” ujar Yoppy.
Menurut penelusuran Smashkok Media, kasus ini terungkap dari upaya BWF melakukan investigasi atas laporan pihak tertentu. Pada laporan itu disebutkan ada atlet Indonesia yang bertaruh atas nama dirinya, atau rekannya yang sudah dikondisikan supaya menang taruhan.
Menurut beberapa sumber juga menyebut PBSI telah melakukan sidang etik dengan hasilnya ada tujuh orang terbukti terlibat, dan ada 11 atlet lainnya yang diperiksa Komisi Etik PBSI.
Dari tujuh atlet yang terbukti, tiga di antaranya merupakan atlet nasional yang sering membawa nama Indonesia di turnamen internasional. Sementara empat lagi merupakan mantan binaan klub besar di Indonesia.
Judi Online Sponsori Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia BWF 2025
Smashkok Media, Selasa (30/9) mencoba menanyakan persoalan ini kepada anggota Komisi Etik PBSI Nugroho S Wibowo, yang ikut melakukan persidangan etik terhadap atlet-atlet yang bermasalah itu. Namun tidak ada jawaban.
Begitu pula saat ditanyakan kepada Bambang Roedyanto, anggota Dewan BWF dan Kabid Hubungan Internasional PBSI, tidak ada jawaban.
Sementara Kasubdit Pemberitaan dan Dokumentasi PBSI Yuni Kartika menolak berkomentar.
“Aku tidak komentar dan tidak ada yang perlu dijawab. Saya tidak bersedia,” kata Yuni.
Ketua Masyarakat Pemerhati Badminton Indonesia Kurniadi menilai kasus pengaturan skor ini masuk dalam ranah perbuatan melanggar nilai dan norma olahraga yaitu sportivitas. “Mereka yang melakukan ini pasti juga sudah tahu buruknya perbuatan itu tapi pertanyaannya kenapa kok dilakukan,” katanya.
Kurniadi meminta supaya PP PBSI mengusut tuntas persoalan ini dengan transparan dan terbuka.
“Apalagi kalau melibatkan atlet pelatnas. Jangan sampai nanti PBSI hanya mengumumkan pemain yang bersangkutan didegradasi tanpa menyebutkan alasannya seperti yang sebelum-sebelumnya,” ujarnya. ***