#IndonesiakanIstora

SEJUMLAH akun media sosial yang fokus pada isu, berita, dan konten bulu tangkis secara serentak bergerak menyiarkan #IndonesiakanIstora. Gerakan ini berlangsung pada Sabtu (31/5) pukul 18.00 WIB.

Gerakan ini adalah bentuk dukungan terhadap penyelenggaraan Indonesia Open 2025 yang berlangsung pada 3-9 Juni 2025 di Istora Senayan, Jakarta.

Kami, Smashkok Media, sebagai media jurnalistik yang juga menggunakan media sosial, turut andil dalam gerakan ini.

Lalu, mengapa #IndonesiakanIstora ini harus muncul

Pertama, kita harus mengakui bahwa Badminton Indonesia sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Bulu tangkis sebagai cabang olahraga yang selalu berprestasi mengharumkan nama Indonesia saat ini menjadi romantisme masa lalu. Prestasi level internasional begitu kering kerontang.

Para pemain Indonesia, gagal meraih gelar-gelar untuk level BWF Super 500 ke atas. Padahal ini sudah memasuki Juni. Sudah ada 13 turnamen. Tetapi Indonesia hanya mampu meraih dua gelar dari Super 300. Jangankan dengan China dan Korea Selatan, koleksi gelar Indonesia saat ini bahkan sudah kalah melawan Singapura yang telah mendulang 3 gelar.

Terbaru, sejarah kelam tercipta. Untuk pertama kali sejak Singapore Open masuk dalam kalender BWF, para pemain Indonesia gagal mencapai semifinal. Prestasi yang bikin mengelus dada.

Bukan hanya untuk tahun ini, serentetan kegagalan untuk berprestasi ini sudah berlangsung sejak tahun lalu. Puncaknya ketika kita hanya meraih satu perunggu di Olimpiade Paris 2024.

Pada tahun lalu, akun bulu tangkis Badmintalk bahkan sempat mengeluarkan tagar #PBSIBisaApa. Kemarahan, kekecewaan, bahkan caci maki Badminton Lovers (BL) semakin hari semakin marak di media sosial.

Kekecewaan pada buruknya prestasi ini berimbas kepada penyelenggaraan turnamen internasional yang berlangsung di negeri ini. Suara #KosongkanIstora pun terdengar di mana-mana.

Tapi sayangnya, federasi yang mengurusi bulu tangkis Indonesia agaknya tidak terlalu mendengarkan suara BL. Hal yang konyol terjadi pada ajang Indonesia Masters 2025. Mereka malah melakukan langkah menyedihkan dengan memilih menggantikan peran BL dengan pengerahan militer dan penonton bayaran di gedung legendaris Istora Senayan, Jakarta.

Istora memang riuh. Tetapi penuh keanehan dan kepalsuan. Ini yang menjadi alasan kedua mengapa #IndonesiakanIstora berkumandang.

Kami telah menyatakan bahwa kita punya tugas menarik yakni ikut bergembira pada Indonesia Open 2025. Ini adalah ajang Super 1000, turnamen paling terhormat bagi Badminton Indonesia.

Apabila dukungan terhadap atlet Indonesia tidak cukup untuk membuat mereka bisa berprestasi, masih banyak pertandingan lain yang lebih memikat yang dipertontonkan oleh atlet kelas dunia lainnya. Kita bisa bergembira menonton atlet-atlet bulu tangkis top berlaga.

Pada Indonesia Open, kita bisa melihat secara dekat monster tunggal putri Korea Selatan An Se-Young mengelap keringat setelah jatuh bangun di lapangan. Atau melepas rindu menonton langsung Herry IP memberikan arahan magisnya kepada ganda-ganda putra Malaysia yang semakin hari semakin menggoreskan tinta prestasi.

Jadi tidak ada alasan untuk memberikan hak kita kepada penonton-penonton palsu. Kita masih bisa membuat Istora sebagai salah satu arena paling sakral di bulu tangkis dunia.

Related posts

Menatap Kejuaraan Dunia Paris 2025

Menyoal Komunitas yang Jadi Warga PBSI

Pecah Telor