Ayo Penuhi Istora

Beberapa waktu lalu, seorang badminton lover (BL) dengan nama akun @stefanyvonne mengeluarkan cuitan di media sosial X.

“Berharap dapat tiket OTS murah. Nonton bola di GBK. Ekonomi sedang melemah jadi harus ketatin pengeluaran gak penting. Bentrok sama Idul Adha. Wait & see tunggu lihat atlet Indonesia bertahan sampai babak mana soalnya gak yakin melangkah jauh.”

Pemegang akun X itu berkicau menjawab cuitan dari akun @BadmintonTalk yang menyebutkan bahwa 15 hari menjelang Indonesia Open 2025, belum ada satupun kategori tiket daring yang habis terjual.

“Apakah tiket on the spot banyak diminati karena harga yang lebih terjangkau?”

Indonesia Open 2025 akan hadir di Istora Senayan, Jakarta Pusat, mulai Selasa, 3 Juni 2025 hingga Minggu, 8 Juni 2025.

Turnamen yang digelar sejak 1982 ini merupakan salah satu ajang badminton paling bergengsi di dunia. Indonesia Open adalah turnamen dengan kategori BWF Super 1000, ajang world tour tertinggi dari Badminton World Federation (BWF). Turnamen Super 1000 ini menawarkan poin tinggi dan hadiah uang tertinggi. Semua pemain top dunia wajib ikut!

Maka dari itu, Indonesia Open menjadi sebuah simbol supermasi dan perjalanan panjang sejarah bulu tangkis Indonesia yang harus selalu dijaga sampai kapan pun. Ada marwah ‘Merah Putih’ di sana.

Tapi pelaksanaan di tahun ini terkesan akan sangat berat mendapat dukungan BL Indonesia.

Pertama, penyelenggaraan Indonesia Open 2025 berbentrokan dengan peristiwa penting lain yang lebih menarik minat rakyat Indonesia. Pertama pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Indonesia versus China di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 5 Juni 2025. Laga ini sangat krusial dalam perjalanan Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Lalu ada juga perayaan Idul Adha yang diperkirakan jatuh pada 6 Juni 2025.

Faktor kedua, masih adanya bentuk protes melalui #KosongkanIstora di berbagai platform media sosial. Bila ditelisik, protes ini berkaitan dengan mahalnya harga tiket penyelenggaraan Indonesia Open dan Indonesia Masters. Selain itu, harga makanan dan minumannya juga tinggi.

Lalu yang juga sangat penting adalah prestasi atlet Indonesia yang sangat terpuruk belakangan ini. Berdasarkan catatan, Indonesia terakhir menjuarai turnamen BWF seri 500 ke atas pada Kumamoto Masters Japan 2024. Pada final tanggal 17 November 2024 itu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mengalahkan ganda putra Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Sudah enam bulan Indonesia puasa gelar di seri 500 ke atas.

Tidak hanya itu, Indonesia terakhir meraih gelar juara IO pada 2021. Marcus Gideon/Kevin Sanjaya menjadi juara pada perhelatan yang digelar di Bali pada masa pandemi.

Pada sebuah konferensi pers, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Eng Hian bertanya kepada wartawan dengan ‘lemah lembut.’ “Apakah atlet Indonesia tidak boleh kalah?”

Pada naskah ini, Smashkok Media dengan tegas menjawab: Boleh! Kekalahan rubber game Putri Kusuma Wardani dari An Se-young di semifinal Piala Sudirman 2025, misalnya, sangat bisa diterima. Putri KW sudah melawan dengan keras dan menyulitkan tunggal putri nomor 1 dunia saat ini. Putri KW sudah berusaha.

Tetapi kekalahan straight game unggulan 1 Fajar/Rian melawan pasangan Denmark nomor 74 dunia William Kryger Boe/Christian Faust Kjaer di semifinal Thailand Open 2025, itu adalah contoh yang tidak boleh! Fajar/Rian haram kalah dalam situasi seperti itu!

Media ini sempat membuat poling di Instagram selama 24 jam untuk mengukur animo BL menonton langsung ke Istora IO25 ini. Hasilnya, ada 222 peserta poling yang menjawab. Sebanyak 99 peserta (44,6%) menjawab akan nonton IO25, 55 peserta (24,77%) menjawab 50:50, dan 68 peserta (30,63%) menjawab tidak akan menonton langsung tahun ini.

Pada naskah ini juga, kami mengajak untuk memenuhi Istora. Karena ini merupakan bagian dari tugas BL Indonesia dalam menjaga marwah ‘Merah Putih.’ Jangan sampai tugas mulia kita ini diambil alih oleh tentara atau penonton bayaran yang membuat atmosfir Istora menjadi penuh kepalsuan. Upaya untuk membuat Badminton Lovers menjadi militer juga harus dilawan.

Upaya penyelenggara menyediakan tiket OTS dengan diskon 50% juga harus dihargai. Mereka juga akan memasang warna karpet biru sebagai pembeda IO dengan ajang bergengsi lain. Tapi tolong, berikan kami kenyamanan dan pengalaman menikmati tontonan kelas dunia yang berkesan.

Sementara untuk atlet Indonesia yang bakal berlaga, bertandinglah sepenuh hati. Karena kalian juga membawa marwah ‘Merah Putih.’ Kalah atau menang itu hal biasa dalam sebuah pertandingan. Namun jika harus kalah, maka kalah lah dengan bangga.

 

Related posts

Menatap Kejuaraan Dunia Paris 2025

Menyoal Komunitas yang Jadi Warga PBSI

Pecah Telor