Ayo Kembali Ke Khitah Badminton: Bermain dan Bergembira

MINGGU (25/5) pagi, puluhan orang bermain badminton bareng di Royal Badminton Court, Jl KH Moh Mansyur No 129, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat.

Mereka adalah anggota Badmintalk Society yang sedang berkumpul untuk bermain dan bergembira bersama pada ajang silaturahmi rutin bulanan. Badmintalk Society adalah sebuah gerakan mengumpulkan komunitas-komunitas Badminton Lovers (BL) menjadi sebuah wadah untuk berjejaring dengan bermain bersama-sama.

“Gerakan ini juga berawal dari kegelisahan kami sebagai Badminton Lovers terhadap prestasi bulu tangkis kita yang menurun,” kata kata penggagas Badmintalk Society Virgiawan Alfianto.

“Kami lalu mencari cara bagaimana mengumpulkan sekian banyak komunitas dari berbagai daerah dan dari latar belakang yang berbeda untuk bertemu langsung dan saling berjejaring. Kami kembali ke titik awal bahwa badminton itu merupakan permainan yang membawa kegembiraan,” tambah Ian, begitu dia biasa dipanggil.

Pada masa pendaftaran tahap pertama periode 17-26 Maret, Ian berhasil mengumpulkan 9.264 orang. Mereka merupakan anggota dari 118 komunitas pencinta badminton yang berasal dari 54 kabupaten/kota di 21 provinsi. “Ada juga yang bergabung dari luar negeri seperti Thailand dan Australia,” tambah Ian.

Di sisi lain, dalam sebuah berita yang disiarkan Antara, Sekretaris Jenderal PBSI Ricky Soebagdja juga memberikan apresiasi yang mendalam atas semangat dan dedikasi masyarakat dalam menyelenggarakan turnamen-turnamen bulu tangkis secara mandiri di berbagai wilayah Jabodetabek.

PBSI mencatat, selama periode 25 April hingga 20 Mei 2025, sedikitnya ada sembilan turnamen komunitas yang digagas secara swadaya oleh para pecinta bulu tangkis.

“PBSI sangat mengapresiasi turnamen-turnamen yang diinisiasi secara mandiri oleh masyarakat. Ini bukti bahwa bulu tangkis bukan hanya olahraga prestasi, tapi juga budaya yang hidup di tengah rakyat,” kata legenda ganda putra Indonesia, peraih emas Olimpiade Atlanta 1996 itu.

Walau belum terlihat langkah nyata dari PP PBSI dalam menggalang dan menggerakkan komunitas, namun apresiasi PBSI itu harus kita apresiasi juga. Minimal mereka sadar bahwa persoalan badminton Indonesia itu bukan cuma soal prestasi. Tapi juga bagaimana mewujudkan visi Ketua Umum PP PBSI M. Fadil Imran bahwa badminton merupakan sumber kebahagiaan dan kebanggaan bangsa.

Apalagi, banyak beredar suara di dunia maya bahwa badminton Indonesia sedang masuk ke era kegelapan. Masa-masa suram. Hitam!

Mungkin BL harus belajar kepada penikmat musik metal. Gelap dan hitam itu bukan berarti tidak bisa bergembira. Para metalhead bisa menikmati musik yang keras karena mereka mengikuti khitah musik metal yaitu penolakan terhadap norma-norma sosial yang umum.

BL agaknya bisa kembali ke khitah badminton yaitu bermain dan bergembira. Biarkan saja soal prestasi itu menjadi tanggung jawab federasi bersama ekosistemnya.

Apalagi Indonesia Open 2025 sudah ada di depan mata. Memboikot ajang itu tidak menyelesaikan masalah. Tugas menarik kita sebagai BL Indonesia adalah ikut bergembira di ajang paling terhormat bagi Badminton Indonesia.

Jika atlet-atlet Indonesia tetap tidak bisa berjaya di negeri sendiri, seperti beberapa bulan terakhir, maka berikan salam tiga jari yang lantang. Lalu keluarkan suara distorsi yang keras!

Related posts

Menatap Kejuaraan Dunia Paris 2025

Menyoal Komunitas yang Jadi Warga PBSI

Pecah Telor