Home » Atlet 71 Tahun Mendaftar Di Thailand Open 2025

Atlet 71 Tahun Mendaftar Di Thailand Open 2025

by Aries Wijaksena
0 comments

Atlet 71 Tahun Mendaftar Di Thailand Open 2025

Pemain Inggris, Raymond Webster, yang telah berusia 71 tahun mendaftar di Thailand Open 2025. Nama atlet yang lahir pada 13 April 1954 itu terlihat ada dalam daftar tunggu turnamen BWF seri Super 500 yang bakal berlangsung pada 13–18 Mei 2025 di Stadion Nimibutr, Bangkok, Thailand·

Menurut data di website resmi BWF, Webster saat ini berada di ranking 791 untuk nomor tunggal putra dan ranking 963 untuk ganda putra. Adapun rangking tertinggi yang pernah diraih Webster adalah 504 di nomor tunggal.

Sementara catatan pertandingan yang pernah ia jalani, ada 68 pertandingan, 58 sebagai pemain tunggal dan 10 sebagai pemain ganda. Seluruh pertandingan yang ia jalani berakhir dengan kekalahan.

Menurut wawancaranya dengan Channelnewsasia.com pada Desember tahun lalu, Webster mengaku sudah tidak lagi menghitung berapa usianya semenjak 21 tahun. “Jika usia muncul di benak saya, saya akan membuangnya. Saya tidak akan melambat,” katanya.

Selain menjadi atlet badminton, Webster adalah pendaki gunung yang rajin dan gemar mengemudi.

Webster pertama kali mengikuti turnamen BWF sejak 2016. Dua pertandingan terakhir yang dijalaninya adalah melawan pemain Brunei berusia 23 tahun Kan Kah Kit 3-21, 8-21 di Korea Master 2024 dan kalah 3-21, 1-21 dari rekan senegaranya berusia 29 tahun Ngan Heng Lin di Hongkong Open 2024.

Walau selalu kalah, Webster mengaku menikmati setiap menit dari pertandingan yang dijalaninya.

Webster mulai menggeluti badminton saat ia berusia sekitar 20 tahun. Saat itu dia mengikuti latihan yang dipimpin oleh atlet Inggris Ray Stevens. “Ray memiliki kepribadian yang menarik dan semangat untuk olahraga yang dapat membakar ambisi siapa pun,” kata Webster.

Webster mengaku tertarik dengan olahraga ini karena dinamika tehniknya serta cara permainan mengalir dari lonjakan intensitas dan kontrol yang baik.

Ia pun merasa dirinya jago setelah bertanding dengan Ray. “Dengan skor 11-15, itu adalah saat yang paling mendekati kemenangan saya atas seorang juara,” kenangnya.

Bermodal kepercayaan dirinya itu, ia sempat berencana pergi ke Tiongkok untuk mempelajari bermain bulu tangkis lebih dalam. Tapi rencana ini gagal.

Ia lalu mencari berbagai macam info di majalah badminton, yang kemudian membawanya menjelajahi Benua Amerika selama sekitar empat minggu.

Ia mengikuti sejumlah pertandingan, semacam tarkam, dan menang beberapa kali dalam pertandingan mencari uang. “Saya pernah merasakan bermain dengan napas terengah-engah di ketinggian 2.200 m di Mexican Open,” katanya.

Webster kemudian menghabiskan lima tahun di Afrika Selatan, bekerja dan bermain bulu tangkis tingkat provinsi.

Ketika ia akhirnya kembali ke Inggris, sebagian besar mantan rekan tandingnya telah menjadi atlet profesional. Namun Webster malah tmengalami cedera perut yang berulang sehingga akhirnya harus melupakan olahraga yang sangat ia cintai. “Setiap kali saya bergerak, rasanya seperti ada kaca atau kawat kasa di dalam tubuh saya,” kenangnya. “Saya kehilangan kemampuan untuk beraktivitas.”

Pada usia 42, Webster kembali ke universitas dan akhirnya mendapatkan pekerjaan teknik di industri semikonduktor. Itu berarti ia dapat menjelajahi dunia dan menekuni hobinya yang lain, yaitu mendaki gunung.

“Meskipun menahan banyak rasa sakit, saya mendaki sendirian hampir setiap akhir pekan selama 11 tahun,” katanya. Ia pun mengatakan ia berada dalam kondisi terbaiknya pada usia 50 tahun.

“Meskipun pengalaman liar yang saya alami saat mendaki di musim dingin sangat menyenangkan, saya ingin bermain bulu tangkis lagi,” katanya.

Ia terus mencoba berbagai cara untuk melawan rasa sakit akibat cedera. Akhirnya, yang membantu adalah yoga. “Dengan kegigihan, saya menjadi lebih fleksibel daripada saat saya masih remaja,” kata Webster.

Ia perlahan-lahan mulai bermain bulu tangkis di klub lokalnya dan sebelum ia menyadarinya, pada usia 62 tahun, ia bermain di ajang BWF pertamanya.

“Dunia bulu tangkis telah berubah dalam setiap aspek, dan melangkah ke lapangan pertunjukan bagaikan mesin waktu,” kata Webster.

Ada saat pertama kali ia memenangkan satu set pertandingan di turnamen BWF, ketika ia mengalahkan Rakesh Sharma dari Belanda 23-21 sebelum kalah 26-28, 15-21. Saat itu tahun 2022 dan lawannya berusia 34 tahun saat itu.

“Bermain di lapangan bulu tangkis ketika lawan saya umumnya berusia 40 hingga 50 tahun lebih muda, orang-orang mengatakan kepada saya bahwa itu adalah kemenangan. Ini kehidupan kedua saya dan saya bertekad untuk tidak pernah berhenti. Atau saya akan menyerah,” tutup Webster. (SKN1)

You may also like

Leave a Comment

Info Smashkok

Berita terkini seputar bulutangkis internasional, nasional, ataupun daerah.

Newsletter

Subscribe my Newsletter for new blog posts, tips & new photos. Let's stay updated!

Berita Terkini

@2025 – All Right Reserved. Designed and Developed by CMS GUE Technoloy