Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Afrika pada Februari lalu menjadi ajang bagi Aljazair untuk pertama kalinya dalam 45 tahun sejarahnya.
Itu adalah momen penting bagi Aljazair, karena memastikan mereka lolos ke Final Piala Sudirman BWF TotalEnergies 2025. Ini merupakan penampilan perdana mereka di Kejuaraan Beregu Campuran Dunia.
Meskipun Aljazair secara konsisten tampil baik di kejuaraan beregu putra, lolos ke empat edisi Piala Thomas terakhir, namun Piala Sudirman masih jauh dari jangkauan. Akhirnya di Kamerun, momen yang telah lama dinantikan itu tiba, ketika Aljazair mengalahkan Mesir 3-2 di semifinal dan Mauritius 3-1 di final.
“Ini sejarah, karena kami sudah empat kali ikut Piala Thomas, tetapi ini pertama kalinya kami ikut Piala Sudirman. Jadi ini bagus untuk Aljazair, untuk federasi, untuk bulu tangkis di Aljazair, karena anak laki-laki dan perempuan akan ingin bermain bulu tangkis,” kata pemain ganda unggulan Koceila Mammeri.
Koceila Mammeri menjadi ujung tombak bagi keberhasilan Aljazair dengan penampilannya di ganda putra bersama Youcef Sabri Medel serta ganda campuran bersama Tanina Violette Mammeri dan Linda Mazri.
“Kami bangga bisa mengukir sejarah. Kami juga memenangkan Kejuaraan Afrika, dan itu adalah pencapaian hebat pertama. Kami sangat bangga,” katanya.
Menurut Koceila, Aljazair saat ini mencoba untuk bersaing di level lebih tinggi. Apalagi sebelum mereka menjuarai Piala Afrika, mereka hanya mampu sekali menjadi runner up dan dua kali kalah di semifinal. “Jadi, memenangkan emas untuk pertama kalinya adalah hal yang hebat,” katanya.
Sementara Linda Mazri menyebut pengalamannya sebagai “mimpi” untuk berada di Xiamen untuk Piala Sudirman. “Saya tidak bisa mengungkapkan perasaan saya, saya sangat senang karena ini pertama kalinya bagi kami,” kata Mazri yang pernah menyabet juara kedua ganda putri di Kejuaraan Afrika bersama Yasmina Chibah.
“Sungguh sangat sulit. Di Afrika, kami harus memenangkan medali emas untuk lolos dan kali ini kami berhasil. Kami semua kuat di lapangan, jadi saya benar-benar sangat senang. Ini suatu kesenangan. Ini adalah mimpi bagi semua atlet di Afrika. Bulu tangkis tidak setenar di Afrika seperti di Asia atau Eropa. Jadi ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Keluarga saya sangat bangga kepada saya,” katanya.
Sementara tunggal putra utama Aljazair, Adel Hamek, mengatakan kualifikasi tim campuran adalah pengalaman yang lebih lengkap daripada Piala Thomas.
“Bagi saya, ini sangat berarti. Ada banyak pengorbanan, banyak latihan dan itu seperti mewujudkan mimpi, seperti mimpi anak-anak untuk bermain bersama pemain top seperti Shi Yu Qi dan Kunlavut. Itu selalu menjadi mimpi bagi banyak orang, dan artinya adalah saya bersama yang terbaik, dan berusaha sebaik mungkin. Itu untuk mendapatkan kesenangan di lapangan,” kata pemain tunggal putra ranking 242 dunia itu.
“Ini adalah pertama kalinya kami lolos ke Piala Sudirman. Kami telah lolos ke Piala Thomas empat kali, tetapi itu tidak sama, karena tim (campuran) berbeda; kami bersama para gadis dan suasananya berbeda, dan senang berada di sini bersama mereka. Berada di Piala Thomas atau Piala Sudirman selalu menjadi pengalaman yang luar biasa. Jadi sekarang kami hanya ingin menikmati pengalaman itu.”
Namun Tim Aljazair dipastikan akan melalui pertandingan pembuka yang sangat sulit. Mereka bakal menghadapi juara 13 kali Tiongkok di Grup A pada Minggu (27/4) sore. (SKN1)